Rabu, 09 Maret 2016

contoh resensi novel

Judul              : HANA DAN PIANO LA
Penulis           : Firda Amelia Noor
Penerbit        : DAR! MIZAN
Cetakan         : Cetakan pertama Maret 2015
Tebal              : 142 halaman


Firda Amelia Noor ini seorang penulis yang masih duduk di bangku SMP. Ia bercita-cita untuk menjadi seorang penulis dan pengacara. Kali ini ia menulis cerita horor yang berjudul HANA DAN PIANO LA. Buku ini dibuat nya agar para pembaca dapat mengembangkan imajinasinya. Saat saya membaca buku ini saya merasa bahwa saya berada dalam cerita.
Buku ini menceritakan kisah Hana Alisanwe yang berawal dari masalah kado ulang tahun. Hana yang memilih piano sebagai hadiah ulang tahun nya, akhirnya dia  membeli piano nya itu. Akan tetapi, piano nya itu tidak mempunyai tuts LA nya. Sebelum nya dia bermimpi seorang anak seusia Hana menabrak nya dan bernama Willia Afiera. Tiba-tiba Hana mengucapkan mantra untuk memanggil arwah.
 Setelah Hana membawa piano nya kerumah , ada pesan yang bertinta hitam di atas cermin infiasinola nya. Hana merasa ketakutan, Tiko adik Hana yang bisa membaca pikiran tau hana sedang ketakutan. Gabriela adik Hana, ingin Hana memainkan piano nya, setiap nada yang diaminkan seperti membawa Hana ke tahun 1989.
 Pada hari ulang tahun nya semua teman sekolah datang. Elsi teman barunya menginap di rumah nya. Pagi harinya mereka masuk kelas , mereka berada di kelas 9B yang ternyata kedatangan murid baru yang bernama Aurelia. Hana ketakutan melihat darah dibawah bangku Aurelia.
Bel istirahat berbunyi,semuanya pergi ke kantin. Ternyata Aurelia tidak makan , suasana semakin dingin. Hana semakin ketakutan. Elsi yang berada di sebelah bangku langsung mencairkan suasana. Liona salah seorang murid terpandai di sekolah Percely melihat darah di bawah bangku Hana dan Elsi. Terdengarlah suara misterius yang tak tahu dari mana asal nya.
Hana berniat mencari informasi tentang orang bernama Willia Afiera di Koran, buku sejarah, dan cermin infiasinola. Ia anak dari seorang konglomerat terkenal bernama Willy Soklutero yang ternyata mengidap penyakit setengah gila. Willia ,Eisi ,dan yang lainya meninggal karena penembakan besar-besaran 1989. Peristiwa 1989 menjadi sangat misterius.
Arwah Willia mendatangi Hana menakutinya hingga membuat Hana sengsara. Sampai suatu ketika, Hana ingin mengakhiri hidup nya. Usahanya terhenti karena Eisi membawanya ke tahun 1989. Semua menjadi jelas. Akan tetapi, Willia masih mengganggunya. Dia muncul dan membuat bus menabrak tiang listrik. Korban tewas diantaranya adalah ayah Hana. Gabriela, Tiko, Hana, dan Elsi harus menerima takdir walau pedih.
Hana menemukan kunci dari buku Wllia Afiera Diary.Hana membaca buku itu ,ia merasa kasihan kepada Willia. Ia tertidur dan bermimpi aneh lagi. Dalam mimpinya dia melihat semua kejadian di Koran dan buku diary. Dia terbangun, tenyata kunci itu disimpan oleh Wilsa adik Willia. Wilsa menceritakan mengapa tuts LA itu hilang.
Hana harus menghentikan semuanya, Hana berusaha melawan Willia tapi tak bisa. Elsi yang pada saat itu tak berdaya menghalangi Hana dan langsung jatuh. Darah mengalir keluar dengan deras. Pada saat itu lah Willia tak seseram tadi. Ia jatuh dan meminta maaf kepada Elsi yang dulu adalah teman nya. Elsi dan Willia yang sebenarnya adalah arwah sedikit demi sedikit menghilang.
Hana, Tiko, dan Gabriela pergi ke makam kota untuk mengunjungi makam-makam. Setelah itu Hana merasa sepi, tak ada teman. Liona berusaha mem-bantunya. Ternyata ada dua murid baru dikelas nya, itu adalah Willia dan Elsi. Hana percaya bahwa Willia dan Elsi akan menjadi teman yang menyenangkan.
Saat membaca buku ini pembaca akan terhanyut ke dalam cerita. Cerita yang seram membuat buku ini lebih menarik. Kadang-kandang ceritanya membuat kita ingin menangis tapi ada juga yang membuat tertawa. Di dalam buku ini juga kita dapat menemukan pesan penulis.
Akan tetapi, pembaca akan bingung pada awal nya ,karena buku ini tidak seperti novel biasa ,pada bab 1 tidak ada pengenalan tokoh. Jadi, pembaca akan mengenal tokoh saat sudah membaca banyak halaman.
Ada beberapa kesalahan juga, seperti kesalahan kata, penulisan, nama ,dll. Seperti pada halaman 11, 12, 43, 44, 52 , 54. Selain itu kata tetapi dan tapi yang seharusnya kata pertentangan intra kalimat di tulis pada awal kalimat . seperti pada hal 11, 33, dst.
Buku ini baik untuk di baca oleh kalangan remaja yang menyukai kisah horor karena di dalam nya adalah cerita horor yang membuat pembaca takut dan terhanyut ke dalam cerita. Di dalam nya juga banyak pesan yang bisa kita ambil .Buku ini tidak baik di baca oleh anak-anak karena akan memberikan kesan buruk bagi anak-anak seperti menjadi penakut.



           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar